Wednesday, September 14, 2011

PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

PGSD UNIVERSITAS BENGKULU



.   Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
a. Karakteristik Pendekatan STM
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) merupakan terjemahan dari Science-Technology-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan/kinerja guru. Pendekatan ini melibatkan murid dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi dan dalam evaluasi. Tujuan utama pendekatan STM ini adalah menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya (Iskandar, 1996).
Menurut Srini M. Iskandar (1994) pendekatan STM ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.    Identifikasi masalah (oleh murid) di dalam masyarakat yang mempunyai dampak        negatif.
2.    Mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan murid  yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk  menyampaikan pokok bahasan.
3.  Menggunakan sumber daya yang terdapat di dalam masyarakat baik materi maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari.
4.   Meningkatkan pengajaran IPA melampaui jam pelajaran dalam kelas, ruang kelas, dan gedung sekolah.
5.  Meningkatkan kesadaran murid akan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
6.   Memperluas wawasan murid mengenai ilmu pengetahuan alam lebih dari sesuatu yang perlu dikuasai untuk lulus ujian/tes semata.
7.   Mengikutsertakan murid-murid untuk mencari informasi ilmiah maupun  informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari.
8.  Memperkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di dalam suatu institusi dan dalam masyarakat.
9.   Memfokuskan pada karir yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
10. Meningkatkan kesadaran murid akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dalam memecahkan masalah yang timbul di dalam masyarakat terutama masalah- masalah yang erat hubungannya dengan Iptek.
11.  Ilmu pengetahuan alam merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi murid.
12.  Ilmu pengetahuan alam yang mengacu kepada masa depan.


b. Landasan Pendekatan STM
 Pendekatan STM dilandasi oleh tiga hal penting, yaitu :
1. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.
2. Dalam proses belajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya     menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya     melalui interaksinya dengan lingkungan.
3. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah     pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreatifitas, dan ranah     hubungan dan aplikasi (Iskandar, 1991; Susilo, 1994; Poedjiadi, 1994; Hidayat,    1996).

2. Perbedaan Antara Pembelajaran Sains Saat ini dengan Pembelajaran Sains      dengan Pendekatan STM
Antara pembelajaran sains yang dilakukan saat ini dan dengan pendekatan STM menunjukkan perbedaan yang cukup kontras, hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
a.   Pembelajaran sains saat ini
1. Konsep berasal dari buku teks sesuai kurikulum
2. Monodisipliner dan diajarkan secara terpisah
3. Topik/Arah/Fokus ditentukan oleh atau guru
4. Dalam pembelajarannya dimulai dari konsep, prinsip, baru kemudian contohnya
5. Guru sebagai pemberi informasi
6. Menggunakan sumber daya yang ada di sekolah
7. Tugas utama siswa adalah memahami isi buku teks

b.   Pembelajaran sains dengan pendekatan STM
1. Sesuai dengan kurikulum dan menjawab permasalahan di masyarakat
2. Multidisipliner (dengan melihat permasalahannya), dan diajarkan secara     menyeluruh (integrated)
3. Topik/Arah/Fokus ditentukan oleh siswa atau isu/masalah yang ada di sekitarnya
4. Dimulai dengan aplikasi sains (IPA dan teknologi) yang ada di masyarakat     sehingga paham betul akan konsep dan prinsip IPA. Aplikasi sebagai motivasi bagi     siswa untuk belajar
5. Guru sebagai fasilitator
6. Menggunakan sumber daya yang ada dan lingkungannya
7. Tugas utama siswa adalah mencari informasi, mengolah dan menyimpulkan     (Iskandar, 1991; Hadiat, 1994; Hidayat, 1996).

3. Kedudukan pendekatan STM ini dalam kurikulum sebagai berikut:
a. Pendekatan STM menyempurnakan pencapaian tujuan kurikulum khususnya     GBPP.
b. Program-program STM tidak mengubah pokok-pokok pengajaran yang tercantum     dalam GBPP.
c. Pendekatan STM memungkinkan siswa memperoleh kemudahan dalam memahami     bahan pelajaran yang dipelajarinya.
d. Pendekatan STM meningkatkan kebermaknaan pembelajaran sains bagi siswa.
e. Pendekatan STM mengaitkan bahan pelajaran dengan lingkungan hidup siswa,     dengan demikian bahan-bahan. pengajaran lokal akan dengan sendirinya dipelajari     dengan baik.
f. Pendekatan STM meningkatkan keterampilan intelektual siswa dan daya berpikir     positif, kritis, dan logis.
g. Program STM merupakan bahan pengajaran yang utuh antara kegiatan intra dan     ekstra kurikuler.
h. Program kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan STM tidak mengubah     kegiatan belajar mengajar sains yang berlaku di sekolah.
i.  Tidak semua pokok bahasan sains yang tercantum dalam GBPP dapat     dikembangkan menjadi bahan pembelajaran dengan program STM.

CONTOH SKRIPSI PENERAPAN METODE KOOPERATIF JENIS JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KERJA SAMA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 70 KOTA BENGKULU


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman dan pengujian gagasan-gagasan. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
            Menurut Carin dan Sund (dalam Winarni, 2004: 92) IPA adalah pengetahuan tentang alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan percobaan, yang di dalamnya memuat produk, proses dan sikap ilmiah, dimana pada setiap bagian dari proses, produk dan sikap ilmiah itu mengandung unsur-unsur yang harus dicapai sebagai hasil belajar IPA. Secara harfiah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
            Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sebagai proses ilmiah, konsep dan satu set sikap atau nilai. Perkembangan IPA ditunjukkan tidak hanya oleh kumpulan-kumpulan fakta saja (produk ilmiah) tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pengajaran IPA di sekolah tidak hanya mementingkan penguasaan siswa terhadap fakta, konsep dan teori-teori (sebagai produk), tetapi yang lebih penting adalah siswa belajar untuk mengerti terhadap proses bagaimana produk IPA tersebut ditemukan.
            Menurut Ardhana (dalam Winarni, 2004: 133) tujuan utama dalam IPA SD adalah membentuk anak-anak mendapatkan cita-cita, pengertian-pengertian,keterampilan-keterampilan yang berguna  untuk menjadi warga negara yang baik. Pengajaran IPA SD di Indonesia memiliki tujuan, antara lain  agara siswa dapat (1) memahami konsep-konsep IPA dan ketgerkaitan nya dengan kehidupannya sehari-hari; (2) mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian-kejadian lingkungan hidup; dan (3) siswa memiliki sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri (Anonimus dalam Winarni, 2004: 133)
            Untuk mencapai tujuan pendidikan dan untuk meningkatkan hasil belajar IPA, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, antara lain dengan melakukan penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, penyediaan buku ajar, penyediaan KIT IPA untuk SD. Penyediaan buku ajar dan KIT IPA dimaksudkan agar pembelajaran IPA tidak hanya memfokuskan pada aspek proses. Namun belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain metode dan pendekatan belajar yang digunakan dalam pengajaran. Pendekatan yang dilakukan oleh guru dalam mengajar dapat mempengaruhi cara dan minat siswa dalam mempelajari IPA. Kecenderungan guru menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar membuat siswa pasif, karena siswa kurang termotivasi untuk mengeluarkan pendapat dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah.
            Selain itu praktik pembelajaran IPA SD di Kota Bengkulu secara khusus menunjukkan prestasi belajar (kemampuan akademik) siswa rendah, yaitu rata-rata hasil Ujian Akhir Sekolah (UAS) adalah 6,06 dengan nilai terendah 2,17 dan nilai tertinggi 9,69 (Diknas Kota Bengkulu, 2004 dalam Winarni, 1997: 7). Salah satu kritik yang cukup tajam adalah bahwa proses belajar mengajar yang nampak sekarang ini lebih banyak hanya sekedar mengejar target pencapaian kurikulum yang telah ditentukan (Malik, 1996 dalam Winarni, 1999: 2). Pengajaran yang hanya mengejar target seperti itu menyebabkan terjadinya pemaksaan terhadap peserta didik untuk melahap semua informasi yang diberikan, tanpa diberi peluang sedikitpun melakukan perenungan maupun refleksi secara kritis. Dan ironisnya materi yang disajikan itu berupa konsep-konsep, aturan-aturan, dan keterampilan yang sudah terstruktur. Akibatnya cara penyampaiannya atau metodologi yang dipakai cenderung bersifat monolog, monoton. Untuk itu murid harus dirangsang dan diberi kesempatan berdiskusi untuk memecahkan masalah, dan mukan sekedar diberi materi yang bersifat hapalan dan peran guru di dalam mengembangkan potensi peserta didik tetap besar.
            Sehingga untuk mengatasi hal tersebut penulis mencoba mengadakan perbaikan dalam pengajaran yaitu dengan pengajaran yang menggunakan metode kooperatif jenis Jigsaw. Dengan metode kooperatif jigsaw ini, diharapkan siswa dapat lebih memahami dan terbaik untuk belajar, sehingga meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa.
            Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pengajaran yang berorientasi pada siswa, dimana siswa belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil, dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar saling membantu dan berdiskusi sama-sama dalam menyelesaikan suatu percobaan.

<script type="text/javascript"><!--
google_ad_client = "ca-pub-6796049996483896";
/* bali the best culture */
google_ad_slot = "4610582689";
google_ad_width = 728;
google_ad_height = 90;
//-->
</script>
<script type="text/javascript"
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
</script>

PROPOSAL SKRIPSI PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL ) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 03 KOTA BENGKULU

PGSD UNIVERSITAS BENGKULU


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecakan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelolah kelas sebagi sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Dengan konsep itu penulis mengangkat judul “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Di Sekolah Dasar No. 03  Kota Bengkulu”. Diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
<script type="text/javascript"><!--
google_ad_client = "ca-pub-6796049996483896";
/* maizon */
google_ad_slot = "9845928463";
google_ad_width = 728;
google_ad_height = 90;
//-->
</script>
<script type="text/javascript"
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
</script>

INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

PGSD UNIVERSITAS BENGKULU


Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pengajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didi, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Interaksi yaitu proses komunikasi dua arah yang mengandung tindakan atau perbuatan komunikator mupun komunikan. Komunikasi disini merupakan suatu proses tukar menukar informasi, perasaan, pikiran, ide dan kemauan antara komunikator dengan komunikan. Maka komunis mengandung arti bukan semata-mata transmisi dan bukan semata-semata interaksi, melainkan merupakan pertemuan yang membawa kegiatan tukar menukar baik mengenai pengalaman, maksud, cita-cita, pandangan, pikiran, perasaan dan kemauan. Dengan demikian, maksud, cita-cita, pandangan, pikiran, perasaan bersifat terbuka untuk menerima dan memberi, sehingga proses akan berjalan lancar serta saling menguntungkan keduanya. Di dalam pendidikan, komunikasi ini disebut interaksi edukatif, ialah interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. Interaksi tersebut juga disebut interaksi belajar mengajar, karena di dalam interaksi itu terjadi proses belajar dan proses mengajar.
Dalam proses interaksi belajar mengajar terjadi siswa belajar, dan guru mengajar, keduanya untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun tugas siswa ialah belajar, yaitu mengembangkan potensi seoptimal mungkin, sehingga tujuan tercapai sesuai dengan apa yang dicita-citakan di dalam dirinya. Tugas seorang guru ialah mengajar, dimana guru harus membimbing anak belajar, dengan menyediakan situasi kondisi yang tepat, agar potensi anak dapat berkembang semaksimal mungkin. Dengan demikian diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai. Komunikasi guru dan siswa tersebut di atas disebut interaksi belajar-mengajar.
Dasar-dasar interaksi belajar mengajar:
  1. Interaksi bersifat edukatif.
2.   Dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sebagai hasil belajar       mengajar.
3.   Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar.
4.   Interaksi sebagai proses belajar mengajar.
5.   Sarana kegiatan proses belajar mengajar yang tersedia, yang membantu       tercapainya interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Dasar yang lain dalam interaksi sebagai proses belajar mengajar ialah:
  1. Pada proses belajar mengajar terdapat beberapa komponen yang menunjang proses belajar mengajar itu, dan menentukan organisasi pengelolaan interaksi belajar mengajar, setelah hasil belajar.
  2. Komponen-komponen proses belajar dalam interaksi belajar mengajar saling berkaitan, saling membantu dan merupakan kesatuan.
  3. Komponen-komponen proses belajar tersebut harus dipilih dan diaplikasikan dalam:
-          Perencanaan
-          Penilaian
-          Motivasi
-          Inovasi
-          Efektifitas
-          Efisiensi

Pada prinsipnya, interaksi belajar mengajar membutuhkan adanya perencanaan dan persiapan yang matang baik perencanaan dan persiapan secara tertulis maupun perencanaan dan persiapan diri.
Perencanaan dan persiapan itu harus dihubungkan dengan komponen-komponen interaksi belajar mengajar, yakni:
  1. Apakah tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar mengajar?
Dalam hal ini guru harus menyiapkan seperangkat tujuan pengajaran yang dapat diukur setelah berakhirnya proses belajar mengajar, sehingga dapat diketahui perubahan tingkah laku yang bagaimana yang terjadi pada anak setelah berakhirnya proses belajar mengajar.
  1. Bahan yang bagaimana yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar? Bahan (materi) itu tentunya dipilih dan disesuaikan dengan bahan yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
  2. Kepada siapa bahan itu disampaikan?
Bahan dan tujuan proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan keadaan muridnya baik kebutuhannya, minatnya, tingkat kematangannya, dan perbedaan dari masing-masing murid.
  1. Bagaimana proses pelaksanaan proses belajar mengajar?
Dalam hal ini melibatkan metode yang bagaimana yang akan digunakan, kegiatan apa yang akan dilakukan, situasi lingkungan yang bagaimana dan sarana dan prasarana mana yang digunakan, sehingga guru harus menentukan strategi, yang bagaimana yang dapat digunakan agar tujuan pengajaran dapat dicapai oleh siswa.
  1. Alat yang bagaimana yang dapat menilai keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan?
Untuk itu guru dapat melakukan tekni penilaian tes dan teknik penilaian non tes, yang masing-masing mempunyai obyek penilaian yang berbeda.
 <script type="text/javascript"><!--
google_ad_client = "ca-pub-6796049996483896";
/* maizon */
google_ad_slot = "9845928463";
google_ad_width = 728;
google_ad_height = 90;
//-->
</script>
<script type="text/javascript"
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
</script>

Contoh Skripsi UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI KELAS V A SD NEGERI 45 KOTA BENGKULU

PGSD UNIVERSITAS BENGKULU
BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
          Hasil belajar siswa pada bidang studi IPA di Sekolah Dasar Negeri 45 Kota Bengkulu masih tergolong rendah, berdasarkan hasil ulangan nilai yang diperoleh rata-rata yaitu 5,77. dari hasil nilai tersebut dapat di katakan bahwa daya serap perorangan masih rendah. Dimana seorang siswa telah tuntas belajar bila ia telah mencapai skor < 65% atau nilai minimal 6,5. Sedangkan secara klasikal memperoleh nilai 6,5 keatas sebanyak 85% (Depdikbud, 1996).
          Agar pengajaran IPA dapat memberikan hasil yang memuaskan hendaknya pengajaran lebih di tekankan pada proses belajar dan hasil belajar. Hasil belajar seseorang bergantung pada berbagai faktor antara lain: faktor kurikulum, dan proses belajar yang dialami siswa di kelas. Walaupun demikian hasil belajar yang baik ditentukan juga oleh kemampuan guru dan siswa di mana kemampuan guru sangat dominan dalam menentukan strategi pembelajaran, pendekatan pengajaran serta pemilihan metode mengajar yang cocok di berikan pada pokok bahasan tertentu.
          Dengan memahami bagaimana  siswa belajar guru dapat berusaha menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga konsep pelajaran yang di sajikan dapat dicerna dan dipahami dalam pikiran siswa serta dapat dikembangkan dalam kehidupannya sehari-hari. Tetapi kenyataan nya menunjukkan bahwa masih banyak sisiwa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep konsep dasar sains, salah satu faktor penyebabnya adalah penggunaan pendekatan pengajaran yang di lakukan guru di kelas.
         Dalam proses pembelajaran IPA disekolah ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan antara lain, pendekatan konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pengetahuan yang lebih menekankan bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan (piaget dalam hinduan 1997). Dalam belajar mengajar guru seharusnya lebih memperhatikan pengetahuan yang diperoleh anak-anak dari luar sekolah dan di jadikan sebagai masukan untuk merancang proses pembelajaran selanjutnya.
         Dalam sistem belajar mengajar konstruktivisme di harapkan bahwa guru di beri kebebesan untuk mengembangkan kelasnya berdasrkan situasi perkembangan berfikir anak didik. Guru perlu diberi keleluasaan untuk mencoba bermacam-macam cara dan pola membantu situasi murid. Pendekatan konstruktivisme menuntut pengajar yang berfikiran luas dan mendalam serta sabar dan peka terhadap gagasan yang berbeda dari murid. Dalam pendekatan konstruktivisme dimana proses belajar mengajar siswalah yang harus mendapatkan penekanan dalam proses pembelajaran tersebut. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuannya, bukan guru ataupun orang lain (Suparno 1997).
      Pengajaran  dengan pendekatan  konstruktivisme dapat digunakan melalui berbagai metode pengajaran antaralain metode eksperimen . pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan metode eksprimen dapat menumbuhkan minat motivasi siswa sehingga siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan mampu mengembangkan keterampilannya dalam eksperimen. Untuk itulah peneliti ingin mencoba menrapkan pendekatan konstruktivisme melalui metode eksperimen pada siswa kelas VA SD Negeri 45 Kota Bengkulu.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di rumuskan diatas, maka rumusan masalah yang akan di angkat dalam penelitian ini adalah:
1.      Apakah pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar sains siswa kelas VA SD Negeri 45 Kota Bengkulu?
2.Bagaimana keaktifan siswa kelas VA SD Negeri 45 Kota Bengkulu yang dalam                                                                                                                                                            pembelajarannya dengan menerapkan metode eksperimen


1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk memgetahui apakah pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan   konstruktivisme dengan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri 45 kota bengkulu.
2.       Untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa kelas VA SD Negeri 45 kota bengkulu yang dalam pembelajarannya dengan menerapkan metode eksperimen

1.4 Manfaat penelitian
1.   Bagi guru
·               Sebagai bahan pertimbangan bagi guru IPA dalam membuat program pengajaran dan melaksanakan proses belajar mengajar untuk menerapkan konstruktivisme melalui eksperimen untuk mengkatkan prestasi belajar siswa
·            Guru dapat mengatasi permsalahan yang muncul di dalam kelasnya, karena                            
         melalui penelitian tindakan kelas berusaha mengatasi permasalahan melalui  
      perbaikan-perbaikan berulang dan bersiklus sampai dicapai peningkatan
         proses dan hasil yang maksimal.
2.      Bagi siswa
·               Akan memperoleh atau merasakan perbaikan kualitas pada proses                      
         pembelajaran  setidaknya dengan adanya penelitian tindakan kelas ini   
         guru,siswa akan merasakan pembelajaran yang sudah mengarah pada
         PAIKEM ( pembelajaran aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan )
·         Melatih siswa untuk berpikir kritis sehingga dapat meningkatkan prestasi 
         belajar.
3.   Bagi sekolah
·         Sebagai masukan bagi sekolah mengambil kebijakan –kebijakan dalam
         proses belajar mengajar melalui penerapan konstruktivisme dengan metode   
         eksperimen.
·            Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan 
         meningkatkan kualitas pembelajaran IPA
<script type="text/javascript"><!--
google_ad_client = "ca-pub-6796049996483896";
/* maizon */
google_ad_slot = "9845928463";
google_ad_width = 728;
google_ad_height = 90;
//-->
</script>
<script type="text/javascript"
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
</script>

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

PGSD UNIVERSITAS BENGKULU 


<script type="text/javascript"><!--
google_ad_client = "ca-pub-6796049996483896";
/* http://www.flixya.com/photo/2339802/The-Top-Indonesian-Girls-2011 */
google_ad_slot = "5995639256";
google_ad_width = 728;
google_ad_height = 90;
//-->
</script>
<script type="text/javascript"
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
</script>

A.        PENDAHULUAN

Dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran IPA yang maksimal, para praktisi pendidikan IPA telah banyak memperkenalkan dan menerapkan berbagai metode dan pendekatan mengajar yang diramu dalam suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA. Dari beberapa model pembelajaran yang dikemukakan pakar pendidikan IPA, dapat dilihat bahwa pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan mengalami pergeseran dari yang mengutamakan pemberian informasi (pemberian konsep-konsep IPA) menuju kepada strategi yang mengutamakan keterampilan-keterampilan berpikir yang digunakan untuk memperoleh dan menggunakan konsep-konsep IPA. Adanya pergeseran pemilihan strategi ini otomatis peran guru di kelas berubah, yaitu dari peran yang hanya sebagai penyampai bahan pelajaran (transformator) ke peran sebagai fasilitator atau dari teacher centered  ke  student centered. Pergeseran penekanan peran guru-siswa dalam proses pembelajaran ini tidak lepas dari tanggung jawab guru yang harus memperhatikan aspek-aspek pendidikan, yaitu di antaranya meningkatkan perkembangan kepribadian siswa secara keseluruhan.
Fakta di lapangan menunjukkan fenomena yang sebaliknya, yaitu proses pembelajaran IPA masih berorientasi pada teacher centered yaitu guru masih  menekankan pada peran  sebagai penyampai materi pelajaran (pengajar) daripada pendidik. Untuk membantu guru-guru IPA di lapangan dalam melaksanakan tugasnya menuju pada arah pembelajaran IPA yang berorientasi pada student centered, PPPG IPA melalui DIKLAT-DIKLAT Instruktur guru IPA mencoba menawarkan bentuk-bentuk/model-model pembelajaran IPA yang berorientasi pada student centered yang dilandasi teori belajar kognitif dan yang sekarang sedang banyak dibicarakan yaitu pandangan konstruktivisme.
Makalah ini berisi uraian mengenai model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA, tokoh yang mengemukakannya, serta tujuan penggunaannya.
A.             TERMINOLOGI

1.         Pembelajaran
Di dalam makalah ini pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan siswa yang saling berinteraksi. Dengan demikian, dalam makalah ini, pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada siswa.

2.         Model pembelajaran
Model pembelajaran dalam makalah ini diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-siswa di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada siswa. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud l terdapat karakteristik  berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-siswa atau dikenal dengan istilah sintak dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.

<script type="text/javascript"><!--
google_ad_client = "ca-pub-6796049996483896";
/* maizon */
google_ad_slot = "9845928463";
google_ad_width = 728;
google_ad_height = 90;
//-->
</script>
<script type="text/javascript"
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
</script>

Tuesday, September 13, 2011

Peningkatan Hasil belajar Menulis Karangan dengan Pengamatan Langsung di Lingkungan Sekolah di Kelas IV Sekolah Dasar No. 03 Kota Bengkulu

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Peningkatan Hasil belajar Menulis Karangan
dengan Pengamatan Langsung di Lingkungan Sekolah
di Kelas IV Sekolah Dasar No. 03 Kota Bengkulu














Oleh

Meilda Padillah
A1G006064



Sebagai salah satu persyaratan ujian PPL
Semester ganjil tahun 2007/2008 di SD Negeri 03
Kota Bengkulu





PROGRAM STUDI S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2008

ABSTRAK

Peningkatan Hasil belajar Menulis Karangan
dengan Pengamatan Langsung di Lingkungan Sekolah di Kelas IV
Sekolah Dasar No. 03 Kota Bengkulu

Oleh

Meilda Padillah
A1G006064


            Tujuan penelitian ini adalah melalui pengamatan langsung di sekolah diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar menulis karangan di kelas IV SD Negeri 03 Kota Bengkulu dapat ditingkatkan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan dua variabel. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi sedangkan variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan veriabel terikat, variabel bebasnya yaitu dengan menggunakan lingkungan sedangkan variabel terikatnya hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan adalah terdiri dari lembar observasi, lembar tes, LKS. Data tes dianalisis dengan menggunakan rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar, sedangkan data observasi dianalisis dengan rata-rata dan kriteria skor. Hasil penelitian menunjukan proses perbaikan pembelajaran dengan pengamatan langsung di lingkungan pada siklus I dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 67 dan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 69,69%. Pada siklus II proses pembelajaran dikategorikan sangat baik dengan nilai rata-rata 77 dan ketuntasan belajar secara klasikal 78,79%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar menulis karangan dengan pengamatan langsung di lingkungan, dapat meningkatkan hasil menulis karangan siswa kelas IV SD Negeri 03 Kota Bengkulu.

Kata kunci       : Menulis karangan, Pembelajaran, Pengamatan.














KATA PENGATAR


Puji syukur senantiasa penulis mengucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Meulis Karangan Dengan Pengamatan Langsung Dilingkungan Sekolah Di Kelas IV SD Negeri 03 Kota Bengkulu”. Penelitian ini dilakukan dan disusun untuk memenuhi salah satu prasyarat ujian PPL semeter ganjil tahun 2007/2008.
Dalam proses penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan, saran dan informasi yang dibutuhkan sehingga penulisan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan, untuk itu penulis mengucapkan terimakasihkepada :
  1. Ibu Dra. V. Karjiati, M.Pd. selaku ketua program studi S1 PGSD FKIP Unib.
  2. Ibu Dra. Hasnawati, M.Si selaku dosen pembimbing lapangan.
  3. Ibu Maridenti Asni selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Kota Bengkulu.
  4. Ibu Yuliati Selaku guru pamong.
  5. Ibunda dan Ayahanda atas doa, cinta dan dukungan yang selalu di berikan kepada  penulis.
  6. “Dang Ku” yang ku sayangi atas dukungannya kepada ku selama ini.
  7. Teman-teman PPL (kak Rinto, kak Win, Ayuk Reni, Siti, Vinny, Suryani, da Nanni )
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari segenap pihak demi kesempurnaan penulisan laporan ini.
Atas perhatian dan bantuan semua pihak, penulis mengucapkan terimakasih semoga menjadi amal ibadah serta diberi pahala yang setimpal dari Allah SWT. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam mengembangkan pendidikan di SD.

Bengkulu,  Januari 2008
           Penulis





























DAFTAR ISI

Nomor
Halaman judul     ……………………………………………………     i
Halaman pengesahan ……………………………………………….    ii
Abstrak ……………………………………………………………..   iii
Kata pengantar  ……………………………………………………..   iv
Daftar isi.      ………………………………………………………..   vi
Daftar lampiran …………………………………………………….  vii
BAB I PENDAHULUAN                                                                
  1. Latar Belakang   …………………………………………….    1
  2. Rumusan Masalah ………………………………………….    2
  3. Tujuan Penelitian   ………………………………………….    2
  4. Manfaat Penelitian ………………………………………….    2

BABII KAJIAN PUSTAKA
  1. Pengertian menulis    ………………………………………..    4
  2. Tujuan menulis ………………   ……………………………    5
  3. Proses menulis karangan…………………………………….    5
      D. Teknik Penulisan karangan………………………………….    7
      E.   Pengerian lingkungan sekolah    …………………………….    7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
  1. Rancangan  Penelitian    …………………………………….    9
  2. Teknik pengumpulan data…………………………………. .  11
  3. Teknik Penilaian      …………………………………………  12
  4. Teknik Analiis data     ………………………………………  14
  5. Hipotesis …………………………………………………...  15
  6. Indikator keberhasilan ……………………………………..  15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Hasil Penelitian                                                                      
1.      Hasil siklus I     …………………………………………  18
2.      Hasil siklus II       ……………………………………….  24
  1. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………  29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan   ………………………………………………..  30
  2. Saran   ………………………………………………………  30

Daftar Pustaka ………………………………………………………  32                                                                            




DAFTAR LAMPIRAN


LAMPIRAN 1                        : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
LAMPIRAN 2                        : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
LAMPIRAN 3            : LKS Siklus I
LAMPIRAN 4            : LKS Siklus II
LAMPIRAN 5                        : Lembar observasi guru siklus I (pengamat 1)
LAMPIRAN 6            : Lembar observasi guru siklus II (pengamat 1)
LAMPIRAN 7            : Lembar observasi guru siklus I (pengamat 2)
LAMPIRAN 8                        : Lembar observasi guru siklus II (pengamat 2)
LAMPIRAN 9                        : Lembar observasi siswa siklus I (pengamat 1)
LAMPIRAN 10          : Lembar observasi siswa siklus II (pengamat 1)
LAMPIRAN 11          : Lembar observasi siswa siklus I (pengamat 2)
LAMPIRAN 12          : Lembar observasi siswa siklus II (pengamat 2)

<script type="text/javascript"><!--
google_ad_client = "ca-pub-6796049996483896";
/* http://thebeautyofindonesiantourism.blogspot.com/ */
google_ad_slot = "4666990507";
google_ad_width = 728;
google_ad_height = 90;
//-->
</script>
<script type="text/javascript"
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
</script>